Postingan

Satu Pukul || Asep Mulyana

Pukulan itu menghancurkan asaku Tatapan matanya bagai saga Pak Jangan biarkan anakmu tersiksa Hanya karena ia belum dewasa Belum masanya ia bekerja Apalagi menjadi tulang punggung keluarga Pak  Harusnya kami kau nafkahi Lindungi kami anakmu Tapi kenapa kau hujani kami dengan pukulan Menyeret rasa sakit pada amarah Kejadian itu tersirat sudah dalam benak Tergambar jelas dalam jiwa Mengharap itu semua akan hilang Dan berganti dengan kebahagiaan Cukup pak Cukup Kami takut akan pukulan itu Kami sakit akan luka itu

Coretan Kecil Tentang Dia || Asep Mulyana

Kau terobos pagi buta Menyaksikan kabut berkelana Angin pagi yang menerobos jaket tua Tak kau rasakan dinginnya Karena kobaran api semangat yang membakar jiwa Lelah memang lelah Tapi rasa lelah itu hancur Ketika kau lihat anak anakmu mengerti Faham akan pelajaran yang kau sampaikan Bolak-balik antara rumah dan sekolah Bukanlah hal yang mudah Bahkan itu lelah Apalagi jarak yang jauh Tak jarang kau berhenti sejenak melepas lelah Melepas rasa yang terus membelenggu hati Sobang, 30 April 2019

Ketika Hukum alam Tiba || Asep Mulyana

Langit hitam pekat Seakan tahu kerinduan ini membelenggu Mewakili semua rasaku Dari coretan pena dalam kertas Kutuliskan sajak tentang kehilangan dia Dia yang mulanya selalu hadir Dalam setiap kedip mata Mengoceh dalam setiap salahku Membangkitkan dari keterpurukan Hari-hari ku ukir indah bersamanya Tapi sekarang kurasa berbeda Hari-hari itu seakan hancur dalam satu hari Aku terpaku merasa itu hukum alam

Sesaat Pundakmu Hilang || Asep Mulyana

Ku lihat dirimu Memiliki banyak arti yang tertuju Saban waktu telah berlalu Meninggalkan sandaran tempatku mengadu Tapi dalam sekejap waktu Tempat sandaran itu Pundak yang nyaman itu Hilang sekejap meninggalkanku Menyisakan tangisan menjadi rindu Yang menggumpal menjadi sesal Hati terenyuh dan terus menggerutu Mengapa tiga tahun bersama Harus pecah dalam satu hari Mengapa pundak yang nyaman harus pergi Meninggalkan asa yang hancur  Membelenggu hati dengan kuat Andai ku temukan kembali pundak itu Ku harap ia masih kuat seperti dulu Karena sekali lagi aku ingin bersandar Mengadu tentang masalahku yang besar Sobang, 30 April 2019

Gelap Hilang || Asep Mulyana

Gelap Aku tertidur dengan lelap Terdengar suara memecah senyap Tak lama hilang lenyap Aku terenyuh dan terbangun tak sadarkan diri Dalam gelapku membelenggu hati Hilang Kemana perginya gelap dalam bayang Kemana lalunya cahaya dalam terang Kemanakah indahnya senja petang Ku kira hilang akan beriku tenang Tapi nyatanya hanya rindu yang menggumpal Sobang, 01 Mei 2019

Untuk Segepok Uang || Asep Mulyana

Desember selalu menyuarakan hal yang tak asing lagi, dimana si pelacur selalu berharap akhir yang baik di bulan terakhir. Tapi nyatanya sang iblis selalu saja mengulangi dengan mengiming-imingi segepok uang selanjutnya si pelacur kembali lagi ke neraka yang ia pun benci terhadapnya, harga diri kian merendah demi segepok uang didapatnya. Setiap Desember tiba si pelacur selalu berharap ada akhir bahagia untuk Januari Indah.  Sobang, 21 Desember

Ikhlas Melepas || Asep Mulyana

Sepi bukan berarti hilang Diam bukan berarti lupa Dan jauh bukan berarti putus Sahabat Kau salah satu bagian dari hidupku Kau pernah mengisi dalam tawaku  Hadir dalam dukaku  Dulu kita mendekat rapat erat Sekarang jauh menyingkir dan hilang Bagai bumi merindukan yang hujan Sahabat Sengaja kulalui jalan itu Mengenang setiap sudut yang pernah kita singgahi Mengingat setiap kata yang pernah terucap Ketika kau masih di sini bersamaku Kulepaskan kepergianmu seperti saat aku terima hadirmu Aku merindukanmu Terimakasih sahabat.... Indahmu terpahat tanpa karat Komitmenmu tebarkan maslahat Misimu jerat manfaat. Hadirmu bukan karena tendensi Melainkan kesamaan suatu visi Jalanmu bukan karena janji Tapi, keihlasan hati Hubunganmu bukan untung rugi Namun untuk berbagi. Tanpa hubungan darah Terus bawa langkah terarah Kau selalu ada.... Saat tawa menghamba Saat terpuruk mendera Saat perih tak bertepi Saat duka tak berperi Begitulah sahabat sejati. Karena kamulah hidup ini penuh arti Karena engkau ke